Jumat, 25 Juli 2014

Kembali ke Rumah, Merumuskan Cita

Galau? Mungkin sudah saatnya saya mengakhiri fase ini. Bukannya apa dan kenapa, akan tetapi memang saya sepertinya harus segera beranjak dari ruang 3 x 3 di kota tempat saya menempa diri dengan segala aktivitasnya. Kini saatnya bangun dari tidur lelapku, Terlalu lama bersantai sehingga sekian banyak cita-citaku tertunda hingga terpendam dan sepertinya saatnnya saya gali kembali.
Seperti biasa, rumah adalah tempat berbagi bagi saya. Segala permasalahan yang ada akan selalu saya ceritakan kepada penghuni di rumah ini. Bahkan mungkin karir dan jodoh saya akan tentukan berdasarkan hasil dari ‘berbagi’ di rumah ini. Cukup selektif memang, terlebih saya ini adalah putra terakhir dari 4 bersaudara. Saya dituntut serba sempurna dihadapan keluarga. Ditambah setelah sekian lama menunda kelulusan dari tahap menuju gelar sarjana ini. Saya selalu dihardik dengan pertanyaan, “Kapan selesai? Segera lanjutkan tahap selanjutnya!” inti dari pertanyaan yang sering tersampaikan kurang lebih seperti itu.
Kemudian, saya memutuskan untuk mengurangi aktivitas di sosial media seperti facebook dan twitter. Walaupun mungkin akan berbeda dengan aktivitasblogging yang sedang saya tingkatkan. Mengingat saya juga masih punya cita-cita menjadi seorang penulis yang bisa mewarnai hidup orang lain melalui tulisan. Memang sekali lagi hidup ini adalah pilihan. Pilihan untuk berbuat yang terbaik tentu yang akan dijadikan laku utama.
Mungkin, dari tulisan ini akan bermula. Sebuah gagasan yang sudah pernah terangkum sekarang sedang mencoba diingat kembali dan semoga cita-citaku untuk memberikan kebermanfaatan kepada orang lain (terutama melalui tulisan) akan segera terwujud dengan daya dan upaya serta tentunya dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Amiin…
rhuusetia@gmail.com
Selalu teringat dan terinspirasi dari para ‘ulama terdahulu yang mengatakan bahwa kekuatan lisan, kata dan tulisan akan lebih kuat daripada pedang dan menghujam ke dalam seluruh sanubari manusia yang membacanya. Sekian.

Memahami Makna Muslim Negarawan

Memahami Makna Muslim Negarawan*
Oleh : Akhmad Khoyrun Najakh1

Muslim Negarawan merupakan kata-kata yang telah menjadi identitas seorang Kader KAMMI. Sudah seharusnya sebagai seorang kader KAMMI faham dan mengerti apa arti “Muslim Negarawan”.
GambarMenurut kaidah bahasa, Muslim berarti orang yang memeluk agama Islam atau orang yang berserah diri kepada Allah ta’ala. Sedangkan Negarawan mempunyai arti orang yang mempunyai keahlian di bidang kenegaraan, dalam menjalankan negara (pemerintahan), pemimpin politik yg secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dng kebijaksanaan dan kewibawaan. Jadi kalau boleh disimpulkan pengertian Muslim Negarawan adalah seorang yang berserah diri kepada Allah SWT dan ahli dalam menjalankan pemerintahan (negara) yang mempunyai pandangan kedepan serta mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. 
Tentunya tagline Muslim Negarawan KAMMI ini sangat sesuai dengan Visi KAMMI dalam hal kepemimpinan umat. Oleh karena itu, bagi seorang kader KAMMI sangat diharuskan mempunyai 5 (lima) elemen kunci dari kader Muslim Negarawan2 yaitu :
1. Memiliki basis ideologi Islam yang mengakar,
Kader Muslim Negarawan harus memahami semua tentang Islam, mulai dari aspek ibadah, akdah sampai dengan muamalah. Paham sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai dengan zaman modern ini.
2. Memiliki basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan,
Kader Muslim Negarawan tidak hanya sholeh di Masjid saja tetapi juga memahami terkait terkait basis keilmuan yang ditekuni serta pemikiran yang menyertainya. Kader Muslim Negarawan wajib tahu pemikiran Sosialis dan Kapitalis sebagai bahan perbandingan dengan kesempurnaan yang terdapat pemikiran Islam.
3. Idealis dan konsisten,
Kader Muslim Negarawan harus bisa menjalankan idealisme-nya sebagai seorang Muslim. Memperjuangkan Islam sebagai solusi yang utuh serta konsisten dalam menyampaikan gagasan solusi Islamnya tersebut.
4. Berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa,
Kader Muslim Negarawan harus bisa memberikan pandangan atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat dan bangsa ini. Dengan mengedepankan Islam sebagai solusi utama. Kader Muslim Negarawan juga harus ikut serta secara aktif dalam memecahkan permasalahan bangsa ini seperti dengan mengadakan aksi demonstrasi terkait kebijakan yang merugikan rakyat banyak serta turun langsung ke dalam bakti sosial di masyarakat sekitar.
5. Mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan.
Kader Muslim Negarawan harus bisa menjadi penengah dan perangkul para agen perubahan, karena ukhuwah (persaudaraan) merupakan salah satu watak muamalah kader KAMMI. Sebagai kader Muslim Negarawan, Kader KAMMI dituntut untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan perubahan bagi negeri ini ke arah yang lebih baik.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa kemerdekaan negeri ini tidak lepas dari kontribusi para pejuang Islam3. Pada saat itu pejuang Islam berusaha sekuat tenaga untuk melawan kolonialisme Belanda dan Jepang yang telah menjajah negeri ini selama kurang lebih 350 tahun. Tentunya dengan niat dan tekad Jihad fi sabilillah. Keringat dan darah pun telah bercucuran di tanah air ini hanya untuk merebut kembali hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh warga pribumi.
Walaupun kemudian terjadi pertentangan antara dua kubu dalam membentuk format negeri ini apakah menjadi negara Islam atau negara majemuk? Sebut saja M. Natsir dan Ir. Soekarno, keduanya adalah negarawan yang berjuang untuk memerdekakan negeri ini dari para kolonialis. Dengan gagasan M. Natsir akhirnya negara ini berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Mosi Integralnya, setelah sebelumnya Indonesia digempur oleh Belanda dan terpaksa pada saat itu harus menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Muslim Negarawan yang lain bisa kita contoh dari Panglima Besar Jenderal Soedirman yang mengadakan Perang Gerilya dengan Belanda setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Pangsar Jenderal Soedirman merupakan tokoh yang sangat gigih dalam perjuangannya. Bahkan walaupun beliau sedang mengidap penyakit kanker tapi beliau tetap turun langsung untuk langsung memimpin perang gerilya tersebut.
Dan masih banyak contoh para Muslim Negarawan yang lainnya. Di masa sekarang kita bisa menjumpai sosok seorang Muslim Negarawan pada sosok para tokoh seperti : BJ Habibie, Jusuf Kalla, Yusril Ihza Mahendra dan Anis Matta. Beliau ini mempunyai kapasitas untuk mengelola negara dengan baik tentunya dengan solusi Islam serta memperjuangkan kepentingan rakyat menuju Indonesia Sejahtera.
Pertanyaannya, sudah siapkah kita menjadi seorang Muslim Negarawan yang memberikan kontribusi untuk negeri Indonesia tercinta ini?
*Disampaikan dalam Madrasah KAMMI Komisariat Purbalingga. Ahad, 10 Maret 2013
1Mahasiswa jurusan Manajemen FE Unsoed Angkatan 2008 masih aktif sebagai Anggota Biasa 2 KAMMI  Daerah Purwokerto
2Disampaikan dalam Lokakarya Departemen Kaderisasi akhir Desember pada tanggal 1 Muharam 1427 H yang diselenggarakan di Situ Gunung Sukabumi. Diambil dari http://eljundi.wordpress.com/2011/05/16/192/ dengan penjelasan yang disesuaikan
3dari Berbagai Sumber lainnya.